Home > Market > Solusi Mengatasi Produk Kerajinan Tangan yang Tidak Bernilai di Era Revolusi Industri 4.0
Solusi Mengatasi Produk Kerajinan Tangan yang Tidak Bernilai di Era Revolusi Industri 4.0
Begini nih solusi mengatasi produk kerajinan tangan yang menjadi tidak bernilai harganya.
Perkembangan dunia bisnis di era Revolusi Industri 4.0 rupanya tidak semua pelaku bisnis menyambut dengan gembira. Pasalnya ada pelaku usaha yang sedang dilema dalam menghadapi revolusi industri 4.0, khususnya pelaku usaha kerajinan tangan.
Pelaku usaha kerajinan tangan menanggap bahwa keberadaan pasar online saat ini membuat produk mereka lebih cepat diserap. Pasar online juga membuat produk-produk kerajinan tangan menjadi tidak bernilai.
“Market place yang ada sekarang justru melemahkan UMKM yang bergerak di kerajinan tangan,” ujar Bio Hadikesuma, konsultan Innovating Jogja.
Produk kerajinan yang dijual di pasar inline memasang harga bersaing. Hal ini terjadi karena produk-produk dari Cina berani masuk dengan harga yang sangat terjangkau. Alhasil harga kerajinan lokal menjadi sangat rendah.
Variasai kerajinan tangan di Indonesia sendiri cukup beragam, mulai dari batik sampai karya seni rupa lainnya. Alasan pelaku usaha memasarkan produknya di pasar online menjadi muara persoalan yang dihadapi UMKM.
Solusi Mengatasi Produk Kerajinan Tangan di Era Revolusi Industri 4.0
Permasalahan yang kerap melanda pelaku usaha kerajinan di Indonesia adalah pandai membuat atau memproduksi sesuatu, namun tidak pintar dalam berjualan.
Kebanyakan orang membuat lebih dulu, setelah itu kebingungan menentukan pasar.
“Seharsunya melihat peluang dulu, baru belajar membuat sesuatu,” ujar Bio.
Pada acara Innovating Jogja 2019 yang digagas oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), Kementerian Perindustrian RI.
Pelaku usaha diharapkan tidak hanya bisa menghasilkan produk secara teknis, melainkan juga mempelajari bagaimana manajemennya. Manajeman yang diajarkan ini meliputi analisis pasar, karakter bisnis dan pendampingan.
Sebagai contoh, pasar produk kerajinan dari Yigyakarta tidak cocok dijual di Yogyakarta. Srbab, Yogyakarta sudah menjadi gudangnya kerajinan.
Ini akan berbanding terbalik jika produk kerajinan Tangan dari Yogyakarta ini dipasarkan di luar daerah, maka berpotensi akan memiliki harga jual yang lebih tinggi.
Misalnya, produk inovasi di Yogyakarta di jual dengan harga Rp 200.00, jika ini dipasarkan di Jakarta maka bisa mencapai Rp 2 Juta.
Bio menambahkan tidak mempersoalkan penjualan secara online, selama produk memiliki karakter. Bentik karakter yang paling nyata bisa membuat situs sendiri dan tidak bergabung dengan market place.
“Jadi konsumen penasaran dan ada usaha untuk mendapatkan produk secara langsung karena susah didapatkan di market place,” tutur Bio.