Home > Berita Hari Ini > Alasan Gangster Lebih Sering Incar Perempuan di Jalanan
Alasan Gangster Lebih Sering Incar Perempuan di Jalanan
Kejahatan jalanan hingga saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi banyak orang. Selain meresahkan pada kelompok yang sering melakukan tindak kejahatan juga tak segan-segan untuk melakukan aksi nekat dengan menghabisi nyawa korban.
Kriminolog Universitas Borobudur, Edi Hasibuan menyarankan para aparat keamanan agar lebih memperketat penjagaan di wilayah yang rawan tindak pidana kejahatan. Selain itu, aparat kepolisian juga harus rutin melakukan patroli untuk mengantisipasi para anggota gang motor beraksi.
Terkait dengan banyak gangster atau bandit jalanan yang menyasar korban perempuan dalam melakukan aksinya, Edi berpendapat bahwa hal itu dilakukan karena mereka menganggap perempuan sebagai kaum yang lemah.
Jadi menurut mereka perempuah sulit untuk melawan para bandit sehingga mereka kerap menargetkan perempuan sebagai korbannya.
Direktur Eksekutif Lembaga Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) ini juga mengungkapkan bahwa untuk kaum hawa atau ibu-ibu perlu waspada saat bepergian sendiri pada malam hari, terutama saat melewati tempat yang sepir.
Edi juga menambahkan bahwa ketika keluar rumah hindari untuk menggunakan barang berharga yang mencolok seperti penggunaan perhiasan yang berlebihan. Hal ini untuk menghindari pelaku kejahatan beraksi. Karena motif yang dilakukan para pelaku bermula ketika ada kesempatan.
Komnas Perempuan meminta agar negara daam hal ini pemerintah untuk lebih memperhatikan dan menjamin keamanan kaum perempuan dari potensi kejahatan jalanan. Hal ini menyusul banyaknya kaum perempuan menjadi korban kejahatan jalanan.
Kasus terbaru menimpa Ajeng Hendrarhi (21) dan Ria Nurhayati (22) di Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Komisioner Komnas Perempuan, Saur Tumiur Situmorang mengunkapkan bawha jaminan yang dari pemerintah tersebut agar para perempuan lebih leluasa saat bepergian sendiri. Pasalnya hingga saat ini para perempuan hanya dipandang sebelah mata dan itu yang berkembang di masayrakat.
Menurut Saur, perempuan tidak boleh keluar malam dan tidak boleh menggunakan pakaian minim bukanlah solusi karena posisi perempuan disini sebagai korban. Untuk itu dibutuhkan pencegahan agar perempuan tidak menjadi korban.
Selain itu, Saur juga menyarankan agar ada kebijakan untuk pencegahan dan adanya penegakan hukum dan pemulihan korban kejahatan jalanan. Ini karena hampir kebanyakan orang, perempuan itu lemah sehingga sering menjadi korban.
Saur menyayangkan serangkaian aksi kejahatan yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan dan keram menjadikan perempuan sebagai korban.