Tantangan Produksi Minyak Nasional: Dorong Peran SKK Migas Menurut Moshe Rizal
Produksi minyak nasional di Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang memadai, hal ini menjadi perhatian serius bagi para pemangku kepentingan di sektor hulu migas. Komite investasi Aspermigas, Moshe Rizal, menggarisbawahi pentingnya peran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sebagai regulator utama dalam memfasilitasi kegiatan operasional Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia.
Dalam wawancara, Moshe menekankan perlunya SKK Migas untuk memperkuat peran sebagai pemegang hak kuasa tambang dengan tanggung jawab yang mencakup pengurusan perizinan dan pembebasan lahan. Menurutnya, KKKS seharusnya bertanggung jawab atas aspek teknis dan pendanaan, sementara SKK Migas memiliki peran pengawasan yang penting terhadap manajemen dan operasional di lapangan minyak.
“Saat ini, terutama karena lapangan-lapangan minyak yang sudah berumur tua, produksi minyak terus mengalami penurunan. Kenaikan harga minyak mentah di pasar global memberikan dampak positif secara ekonomi, namun untuk kenaikan produksi, diperlukan investasi dan produksi dari lapangan-lapangan baru dengan skala yang besar,” ungkap Pri Agung Rakhmanto, Founder & Advisor ReforMiner Institute.
Menurut data Kementerian ESDM, produksi minyak per 4 November baru mencapai 571.280 barel per hari, belum mencapai target yang telah ditetapkan dalam APBN 2023. Hal ini menandakan perlunya upaya bersama untuk menggenjot produksi minyak nasional demi mencapai target produksi yang ditetapkan pemerintah. Dengan tantangan yang dihadapi, peran SKK Migas dianggap sangat krusial dalam mengawal dan memfasilitasi kegiatan operasional di sektor hulu migas guna mencapai target produksi yang ambisius.
Demikian informasi seputar upaya menggenjot produksi minyak. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Denotasi.com.