Now Reading
Adaro Siap Ekspansi Pasar Baru Ekspor Batu Bara

Adaro Siap Ekspansi Pasar Baru Ekspor Batu Bara

Melihat turunya permintaan batu bara dari Thailand, PT Adaro Energy Tbk mulai bersiap-siap menjajaki pasar baru untuk ekspor batu bara.

Penurunan permintaan batu bara dari Thailand sendiri menurut Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir saudara kandung dari Erick Thohir dikarenakan di Thailand saat ini sudah mulai beralih menggunakan energi terbarukan.

Salah satu negara yang menjadi tujuan pasar baru ekspor batu bara dari ADRO sendiri adalah Vietnam, sebenarnya Vietnam merupakan negara yang telah menjadi ekspor batu bara Adaro sejak dahulu, namun pihak perusahaan berkeyakinan untuk melakukan penetrasi bisnis lebih dalam lagi di Vietnam.

Ekspor Pasar Baru Batu Bara PT Adaro Energy

Garibaldi mengatakan perseroan tetap menyesuaikan serapan batu bara untuk produksi dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) berdasarkan target yang diberikan pemerintah yakni 25% dari total produksi.  Adapun, produksi batu bara pada 2019 ditargetkan mencapai 54 juta ton hingga 56 juta ton.

Pada 2018, total volume penjualan batu bara mencapai 54,39 metric ton atau naik 5% dibandingkan dengan tahun lalu. Penjualan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia meliputi 39% dari total penjualan. Sisanya, 30% penjualan ke Asia Timur, China 14%, dan India 11%.

Distribusi Batu Bara oleh PT Adaro Energy

Adaro berupaya untuk melalukan efisiensi lantaran harga batu bara yang kerap tidak stabil dan cenderung berubah ubah setiap bualan. Seperti misalnya pada 2018, yang dinilai menjadi tahun dengan kondisi yang tidak muda untuk sektor harga batu bara baik domestik maupun dalam negeri.

See Also
Ilustrasi negosiasi bisnis (Unsplash)

Meskipun belum memberikan laporan kinerja pada kuartal I/2019, namun dipastikan kondisinya akan tetap menantang sama seperti tahun lalu. Walaupun demikian, dia optimistis permintaan batu bara, khususnya di kawasan Asia Tenggara, akan tetap tinggi.

“Awal tahun 2018 harga batu bara kan bagus, tetapi tiba-tiba Oktober-November menurun drastis, awal Januari 2019 harga masih kurang kondusif, tetapi Februari balik lagi,” katanya dilansir dari bisnis.com.

Menurutnya, harga batu bara memang berada di luar kontrol perseroan. Hal tersebut yang membuat perseroan terus melakukan efisiensi untuk menekan kondisi yang kurang kondusif.

© 2023 Denotasi | All Rights Reserved.

Scroll To Top