Konsumsi Premium di Masyarakat Menurun Hingga 25 Persen
Konsumsi premium pada tahun 2019 ini menurun diangka 25% dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya pada 2018 juga konsumsi premium menurun dibandingkan tahun 2017. Padahal pada kenyataannya jumlah sepeda motor dan mobil terus bertambah.
Direktur PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa penurunan konsumsi premium dikarenakan adanya peralihan pola konsumsi BBM. Menurut data dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), konsumsi premium di tahun 2018 mencapai 9,27 juta kilo liter (KL) atau turun hingga 25%.
Penurunan konsumsi jenis premium ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Misalnya pada tahun 2015, konsumsi premium mencapai 27,6 juta KL, kemudian pada 2016 menurun menjadi 21,6 juta KL. Sementara pada tahun 2017 menurutn drastis menjadi 12,3 juta KL.
Untuk Pertamina, BBM jenis premium menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi laba. Hal ini karena Pertamina tidak dapat menaikkan harga permium dan hanya dipatok Rp 6.450 per liter. Sehinnga pemerintah menutup kerugian dengan menggunakan subsidi. Selain premium, BBM jenis solar juga disubsidi oleh pemerintah.
Alasan lain yang membuat daya beli masyarakat untuk BBM jenis premium adalah karena mereka lebih memilih BBM yang memiliki oktan lebih tinggi dengan tujuan untuk menggenjot performa kendaraan menjadi lebih baik.
Lebih lanjut peralihan masayrakat dalam penggunaan BBM juga disebabkan karena ketersediaan banyak pilihan jenis BBM seperti pertalite, pertamax, dan pertamax turbo. Meski harga dari jenis BBM lainnya lebih mahal namun hal tersebut tidak mengurangi niat masyarakat membeli BBM non subsidi.
Perlu diketahui bahwa harga BBM saat ini disesuaikan dengan harga minyak dunia. Apabila harga minyak dunia turun maka Pertamina akan menurunkan harga. Sebaliknya apabila harga minyak dunia naik maka Pertamina akan menaikkan harga BBM.
Namun ada pertimbangan lain yang diperhatikan Pertamina, yakni wilayah. Seperti beberapa waktu lalu pemerintah melalui Pertamina menaikkan harga BBM jenis tertentu, namun tidak semua wilayah di Indonesia naik.